Rabu, 03 Desember 2008

Komik "Underground"
Komik underground sering enggak dianggap keren. Dari alur cerita, penggambaran dengan pensil dan tinta, dibuat oleh orang yang sama. Lalu yang disebar fotokopiannya pula.
Belakangan ini makin ramai saja istilah komik underground. Bahkan sampai ada event khususnya segala. Awal September lalu digelar Festival Komik di Mal Ciputra, Jakarta Barat, yang salah satu menu acaranya diskusi Fenomena Komik "Underground". Sebenarnya apa sih komik underground ini?
Disebut underground karena komik ini berada di luar aliran komik mainstream yang biasanya punya tema umum dengan cerita dan sang karakter digambarkan ideal, mimpinya semua orang. Dalam komik underground, semua digambarkan apa adanya. Bukannya enggak mungkin sebuah cerita itu sarat dengan kepahitan, kesialan, kegetiran, bahkan kekurangajaran.
Komik underground biasanya punya ide cerita yang out of the box, walaupun kadang konsekuensinya cerita jadi enggak sejalan dengan nilai budaya dan tata krama tertentu. Eh, tapi ini bukan berarti komik ini selamanya memberontak atau antisosial, lho! "Lebih tepat kalau dibilang memerdekakan pikiran dan pendapat sendiri," jelas Firmansyah Rachim dari Masyarakat Komik Indonesia. Kemerdekaan adalah hal yang penting. Enggak hanya kemerdekaan berpendapat saja, tapi juga kemerdekaan memilih karakter, cara mengungkapkan cerita, maupun gaya menggambar. Jadi, segala sesuatunya diungkapkan secara jujur, apa adanya.
Sejarah komik "underground"
Sebelum masuk ke Indonesia, komik underground cukup punya sejarah yang panjang di Amerika dan Eropa. Menurut Imansyah Lubis, seorang komikus yang juga pengamat komik, di Amerika komik ini muncul dengan latar belakang gerakan antikomik sekitar tahun 1950-an berupa pemboikotan dan pembakaran massal buku komik. Muncul juga yang disebut Comics Code Authority (CCA) yang fungsinya sebagai "saringan" apa saja yang boleh tampil dalam komik. Setiap komik yang dijual di tempat-tempat umum harus ada tanda approval-nya. Enggak gampang menembus CCA ini. "Menurut penelitian dari ahli komunikasi, belum pernah ada batasan terhadap sebuah medium yang paling ketat selain CCA," kata Hikmat Darmawan, pengamat komik Indonesia.
Sebagai reaksi dari CCA ini, pada akhir tahun 1960-an awal 1970-an, muncullah komik underground yang sangat mengutamakan kebebasan berpikir dan bercerita lewat komik, yang ditujukan untuk pembaca dewasa. Komik underground pada masa itu juga terinspirasi oleh flower generation. Generasinya para hippy yang antiperang (Vietnam) serta ketidakpuasan masyarakat akan keadaan saat itu, antara lain kemiskinan.
Majalah MAD ciptaan Harvey Kurtzman dulunya termasuk kategori underground. Sampai sekarang majalah tersebut tetap ada dan banyak dibeli orang!
Perkembangan komik underground di Amerika, menurut Imansyah, menjadi sumber inspirasi bagi komikus-komikus pemberontak di Eropa untuk membuat komik dengan tema sosial politik. Perbedaannya, komik underground Eropa enggak seagresif komik underground Amerika. Puncak kejayaan komik underground Eropa terjadi pada tahun 1975-1985, khususnya di Belgia dan Perancis.
Komik "underground" Indonesia
Komik di Indonesia mengalami masa jaya sekitar tahun 1950-1970. Memasuki tahun 1980-an, nasib komik menyedihkan. Komikus-komikus muda enggak muncul lagi dan kalah pamor dengan komik asing yang masuk ke sini.
Sekitar tahun 1994, komik Indonesia mulai "melek" ditandai dengan munculnya komik Rama-ShiTa: Legenda Masa Depan dan komik Imperium Majapahit oleh Gen Mintaraga. Kemudian pada November 1995 diluncurkanlah komik Caroq oleh Thoriq dari Studio Qomik Nasional dan komik Awatar oleh Doddy Wisnuwardhana dari Awatar Comics dengan gaya ngomik yang cukup gila-gilaan. Baru deh, para komikus muda dan studio-studio komik bermunculan karena termotivasi oleh peristiwa-peristiwa itu. Event komik seperti Pekan Komik Nasional juga mulai bertebaran dan rutin diadakan.
Bangkitnya kembali komik Indonesia ini masih bersifat sangat manual karena benar-benar dibuat (cerita, storyboard, pensil, dan tinta) oleh orang yang sama dengan cara yang sangat sederhana. Diperbanyak dengan cara fotokopi dengan produksi kurang dari 500 eksemplar. Distribusinya pun juga masih dari tangan ke tangan. Ini yang kemudian diartikan sebagai komik underground oleh kebanyakan orang, karena eksistensinya masih bersifat "gerilya" pada saat itu.
Sekarang pamor komik sudah mulai naik. Cukup banyak penerbit yang memandang komik sebagai artwork yang punya daya jual. Sebut saja Terrant Books, yang baru-baru ini mengadakan softlaunch 1001 Jagoan, Selamat Pagi Urbaz, dan Mantera Pawitra yang merupakan novel grafis pertama di Indonesia. Penerbitan ini membuka divisi baru, yaitu Terrant Comics untuk mendukung komik Indonesia. Lalu komik M&C! yang sudah menerbitkan komik Dua Warna ciptaan Alfi Zachkyelle dari Sekte Komik, salah satu studio komik underground di Indonesia.
Semoga komik kita bisa mencapai masa kejayaan lagi, deh! Jangan mau kalah dong sama komik luar lainnya!!
NINA SETIAWATI Tim MUDA
Search :










Tidak ada komentar: